Rabu, 20 Agustus 2008

episode baru

akhirnya........
jadi permulaan babak baru
semoga lebih indah
semoga lebih berkah
semoga

Rabu, 13 Agustus 2008

mak

Mak perut Udin keroncongan
Belum makan dari tadi malam

Mak beliin dong Inah pakaian untuk seragam
Inah cuma punya sepasang
Itu juga sudah penuh tambal
Inah malu sama teman teman

Mak beliin dong buku tulis keluh Ujang
Buku kemarin yang Mak belikan
Sudah habis terisi pelajaran

Baik anakku kan Mak penuhi permintaan kalian
Asal Bapak sudah pulang
Baik anakku kan Mak penuhi permintaan kalian
Asal Bapak sudah pulang

Tiba tiba pintu depan diketuk orang
Mang Mamat teman sekerja Ayahnya datang
Membawa kabar
Tentang malapetaka yang menimpa Ayahnya
Dia tertiban beton dari atas bangunan
Kini dia terbujur lesu diatas kasur rumah sakit

Si Ibu bingung harus bagaimana

Mak kenapa Ayah kok belum pulang ?
Tanya ketiga putra putrinya
Si Ibu bingung harus menjawab apa

Mak nanti kalau Ayah sudah pulang
Pasti membawa banyak uang
Bisa membeli nasi Udin tak lapar lagi
Bisa membeli baju untuk seragam
Inah tak malu lagi
Bisa membeli buku tulis untuk Ujang

Kata ketiga putra putrinya
Yang tidak tahu bahwa Ayahnya terkena musibah

Si Ibu bingung harus menjawab apa
Si Ibu bingung harus menjawab apa
Menangis dia

Terbayang jelas wajah suaminya
Dan terpikir soal biaya pengobatan suaminya
Yang terlalu mahal bagi ukuran pekerja kasar
Yang terlalu mahal bagi ukuran pekerja kasar

Terngiang jelas permintaan putra putrinya
Yang tak mungkin bisa terkabulkan
Si Ibu bingung harus bagaimana
Si Ibu bingung harus bagaimana
Si Ibu bingung harus bagaimana
Menangis dia

Dalam kalut
Ia selalu mengharap uang mandor suaminya
Untuk keperluan anaknya
Untuk biaya pengobatan suaminya

Tapi si mandor pelit
Waktu si Ibu meminta pertolongan si mandor suaminya
Yang rupanya mandor itu bandot tertawa genit
Dalam otak si Ibu terselip
Pikiran yang sangat sempit
Sebab keluarga yang saya ceritakan itu pailit
Dan amat sangat memerlukan duit

Dengan perantara tubuh molek si Ibu
Keperluan anaknya dan biaya pengobatan suaminya
Bisa terpenuhi

Si Ibu tersenyum
Si Ibu tersenyum
Si Ibu tersenyum
Melihat keluarganya bisa kembali seperti semula
Sekalipun hati si Ibu amat tersiksa

Si Ibu tersenyum
Melihat keluarganya bisa kembali seperti semula
Sekalipun hati si Ibu tersiksa

(Mak by Iwan Fals)

Selasa, 12 Agustus 2008

ternyata betul ya...

Bau. hitam. nggak enak. kumuh. itulah kali-kali kita. enggak di kota enggak di desa. sama. penuh dengan sampah. sampah rumah tangga mau pun industri. kompak buangnya sembarangan. kemudian numpuk di selokan-selokan. terus di kali-kali. akhirnya ke laut. kalo nggak banjir duluan. udah tahu kalo hujan banjir, kok ya gak ada penyelesaian.
seharusnya ada pejabat yang khusus menangani banjir paling tidak setingkat eselon satu bahkan kalo bisa di bawah presiden langsung. gak perlu pake fit and proper test yang kenyataannya bo'ong-bo'ongan juga. tunjuk aja langsung. kasih waktu, kalo gagal pecat. atau pake cara hitler aja, gagal sikat. kalo berhasil, kasih duit. mulyakan. seperti di Jepang, Belanda, Amerika, Singapura, bahkan China mereka begitu seriusnya menangani banjir. perencanaan bagus, pelaksanaan bagus, gak mungkin gak berhasil lha wong cuma ngurusin air. mereka konsisten. cari penyelesaian. nggak pragmatis.
lihat di Jakarta, dari tahun ke tahun makin parah banjirnya. tapi kok ya o kalo udah gak musim hujan udah pada lupa sama banjir, seperti kemarau saat ini. gak ada tindakan nyata dari pemerintah. paling banter tanggul ditinggikan. pasang pompa yang lebih besar. nah ada proyek, uang rakyat yang dititipkan negara keluar, kasak-kusuk. lupa tujuan sesungguhnya. yang diingat perutnya sendiri.
gak ada blue print penanganan banjir yang hasilnya gak cuma buat tahun depan, tapi sampai selama-lamanya. ayo lah para yang di atas itu. sadar tho................ hoe........ (teriak-teriak sampe mau muntah).
berbagai alasan diungkapkan. ini bukan masalah sepele mas. butuh dana yang besar sekali mas. butuh koordinasi yang intens lo mas. ini masalah interdept. wah wah masih banyak alasan yang masuk akal tapi lebih banyak lagi yang dimasuk-masukin ke akal. belum-belum kok sudah beralasan, wis gawan bayi.
sementara. orang-orang itu, masih saja buang sampah sembarangan. masih aja mbuat bangunan sembarangan, masih saja gak peduli lingkungan.
sejak kecil, di sekolah-sekolah, disurau-surau (kok kayaknya gak ada surau di Indonesia ya .... gak ada orang nyebut surau Al-Ihlas atau surau Baitut Taqwa), di gereja-gereja, di pura-pura, di rumah-rumah, di radio-radio, di tv-tv, dimana-mana hampir tiap hari kita dengar, jangan menebang hutan sembarangan, nanti banjir. jangan buang sampah sembarangan, bisa banjir. tapi kenyataannya. hutan dibagi-bagi demi sedikit uang (emang hutannya siapa?), hutan dibabati. dicuri. dirampok. dirusak. ya habislah. gak mau tau kalo perlu waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk menanam pohon-pohon itu. hutan gundul. lingkungan rusak. ya udah. banjir. tanah longsor. angin ribut.
ternyata betul ya pelajaran yang kita terima waktu sd dulu.

Jumat, 08 Agustus 2008

la tahzan ........

jalani hidup, tenang-tenang-tenanglah seperti karang
sebab persoalan bagai gelombang
tenanglah tenang, tenanglah sayang

tak pernah malas, persoalan yang datang hantam kita
sebab kita tak mungkin
untuk meghindar
semuanya sudah suratan

o... matahari masih setia menyinari rumah kita
takkan berhenti-takkan berhenti menghangati hati kita
sampai tanah ini ingingkan kita kembali
sampai kejenuhan mampu merobek-robek hati ini

sebentar saja, aku pergi meninggalkan
membelah langit, punguti bintang
untuk kita jadikan hiasan

tenang-tenang-tenanglah sayang
semuanya sudah suratan
tenang-tenang seperti karang
bintang-bintang jadikan hiasan

berlomba kita dengan sang waktu
jenuhkan kita jawab sang waktu
bangkitlah kita tunggu sang waktu
tenanglah kita menjawab waktu

seperti karang tenanglah

(Lagu Satu dari Album Hijau)

Selasa, 05 Agustus 2008

pitulasan

entah kenapa.
mendekati pitulasan (17 Agustus), kampung yang biasanya kumuh mulai benah-benah. tetangga yang biasanya cuek, ikut-ikutan kerja bakti. tetangga yang biasanya pelitnya ngaudubillah tiba-tiba mau maving jalan. itu terjadi di gang ku gang siji balun aryojipang.
entah kenapa.
aku yang cuma sekali seminggu pulang, dengan semangatnya ikut beres-beres jalan. walau kalau malam badan rasanya gak karu-karuan. berat ternyata jadi kuli. kuli beneran. kerja kasar yang kadang dibayar karena belas kasihan. aku jadi ingat mbah ndolo-ndolo. disebut begitu karena dia jualan kue basah berbentuk bulat kayak bola pinpong terbuat dari menyok (ketela pohon) berwarna-warni dengan parutan kelapa yang ditusuk dengan potongan bambu kecil. karena gak tahu namanya trus disebut kue ndolo-ndolo. walau lansia, matanya udah rabun, jalannya udah gak tegak lagi, dengan semangatnya mbah ndolo-ndolo menjajakan ndolo-ndolonya seharga dua ratus perak setusuk. ya dua ratus perak.
UTG, siapa gak kenal dia. selebritis baru di dunia kriminal. disebut apa ya dia penjahat kah. ah kalau penjahat kok kayaknya kurang ada 'value' nya. bajingan. ya bajingan, lebih mantap dan ada rasanya gitu. ada emosi yang keluar. dia itu jaksa yang bajingan atau bajingan yang jadi jaksa. bajingan. ya bajingan. gak ada kata yang tepat untuk perbuatannya. naudzubillah.
seandainya UTG jadi tetangganya mbah ndolo-ndolo. pasti dia akan belajar hidup dari mbah ndolo-ndolo. gak akan minta disuap karena nasi sepiring aja udah cukup.
beberapa minggu yang lalu aku ketemu mbah ndolo-ndolo, dia udah gak kuat jalan lagi. dia sedang di depan pintu sambil menadahkan tangannya. minta uang.
entah kenapa.
anak-anak tertawa-tawa sambil berusaha makan kerupuk yang digantungkan tepat di jidat. ramai. murah. ada juga yang nangis karena terjatuh. bangkit lagi sambil nangis. ketawa lagi.
ada yang mencoba mengambil koin yang ditempelkan pada buah semangka. walau pun muka terkena arang, gak papa yang penting menang, gak peduli juara satu atau juara penutupan. ibu-ibu yang udah gak muda lagi mencoba menangkap belut sambil ketakutan. geli. tapi asyik. tertawa-tawa. entah apa yang ditertawakan. ceria walau di bawah rimbunan pohon bambu di pekarangan belakang. dekat blumbang (kolam) tempat buang kotoran. alami. gak ada tipuan.
sejenak lupa akan persoalan. bahagianya. aku tersentuh.
entah kenapa.
hampir tiap hari, pagi, sore di jalan-jalan banyak orang cari sumbangan. barongan, gendruwon (gendruwo-gendruwo an), pentul (topeng dengan warna merah berhidung panjang), dan entah apalagi namanya menari-nari sak enak e dewe diiringi gamelan seadanya. tong te tong gling. tong te tong gling. gitu suaranya. 'ceret-ceret (e dibaca seperti e pada kata enak) barongan mata beling' teriak anak-anak kecil sambil berlarian. histeris. berharap dikejar barongan. barongan natak-natak (mengatup-ngatupkan mulutnya) biar terkesan seram. suaranya tak-tak-tak. pura-pura trance. sementara temannya mengulur-ngulurkan kotak sumbangan. untuk pitulasan.
entah kenapa.
pitulasan di istana gitu-gitu aja.
para orang-orang itu. pura-pura khidmat. senyum-senyum lihat orang kepanasan. teringat rekening di bank yang terus berbunga-bunga, lupa kalo nanti akan diperhitungkan. ingat pengorbanan para pejuang merasa sudah seperti pahlawan.
ah .... amanah yang disalahgunakan. sayang.