Selasa, 12 Agustus 2008

ternyata betul ya...

Bau. hitam. nggak enak. kumuh. itulah kali-kali kita. enggak di kota enggak di desa. sama. penuh dengan sampah. sampah rumah tangga mau pun industri. kompak buangnya sembarangan. kemudian numpuk di selokan-selokan. terus di kali-kali. akhirnya ke laut. kalo nggak banjir duluan. udah tahu kalo hujan banjir, kok ya gak ada penyelesaian.
seharusnya ada pejabat yang khusus menangani banjir paling tidak setingkat eselon satu bahkan kalo bisa di bawah presiden langsung. gak perlu pake fit and proper test yang kenyataannya bo'ong-bo'ongan juga. tunjuk aja langsung. kasih waktu, kalo gagal pecat. atau pake cara hitler aja, gagal sikat. kalo berhasil, kasih duit. mulyakan. seperti di Jepang, Belanda, Amerika, Singapura, bahkan China mereka begitu seriusnya menangani banjir. perencanaan bagus, pelaksanaan bagus, gak mungkin gak berhasil lha wong cuma ngurusin air. mereka konsisten. cari penyelesaian. nggak pragmatis.
lihat di Jakarta, dari tahun ke tahun makin parah banjirnya. tapi kok ya o kalo udah gak musim hujan udah pada lupa sama banjir, seperti kemarau saat ini. gak ada tindakan nyata dari pemerintah. paling banter tanggul ditinggikan. pasang pompa yang lebih besar. nah ada proyek, uang rakyat yang dititipkan negara keluar, kasak-kusuk. lupa tujuan sesungguhnya. yang diingat perutnya sendiri.
gak ada blue print penanganan banjir yang hasilnya gak cuma buat tahun depan, tapi sampai selama-lamanya. ayo lah para yang di atas itu. sadar tho................ hoe........ (teriak-teriak sampe mau muntah).
berbagai alasan diungkapkan. ini bukan masalah sepele mas. butuh dana yang besar sekali mas. butuh koordinasi yang intens lo mas. ini masalah interdept. wah wah masih banyak alasan yang masuk akal tapi lebih banyak lagi yang dimasuk-masukin ke akal. belum-belum kok sudah beralasan, wis gawan bayi.
sementara. orang-orang itu, masih saja buang sampah sembarangan. masih aja mbuat bangunan sembarangan, masih saja gak peduli lingkungan.
sejak kecil, di sekolah-sekolah, disurau-surau (kok kayaknya gak ada surau di Indonesia ya .... gak ada orang nyebut surau Al-Ihlas atau surau Baitut Taqwa), di gereja-gereja, di pura-pura, di rumah-rumah, di radio-radio, di tv-tv, dimana-mana hampir tiap hari kita dengar, jangan menebang hutan sembarangan, nanti banjir. jangan buang sampah sembarangan, bisa banjir. tapi kenyataannya. hutan dibagi-bagi demi sedikit uang (emang hutannya siapa?), hutan dibabati. dicuri. dirampok. dirusak. ya habislah. gak mau tau kalo perlu waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk menanam pohon-pohon itu. hutan gundul. lingkungan rusak. ya udah. banjir. tanah longsor. angin ribut.
ternyata betul ya pelajaran yang kita terima waktu sd dulu.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

jadi ingat " perempuan malam mandi di kali, buih2 busa sampo ketengan..."
sama " sungai kotor bau dan berracun, penuh limbah kimia...kita mandi mencuci di sana...lihatlah...
Anak2 bermain di kali, sambil menggaruk koreng....
lihatlah.....

Anonim mengatakan...

jo ngamuk to pak wahyu.,... biar aja to sungai kotor, nyampah, bau....
sudahlah... jangan begitu dimasukkan ke hati.
biar jadi cermin bagi negeri ini.... jadi kalo di tanya orang londo.... bagaimana negerimu....>>> jawab aja seperti halnya kali yang ada.... penyelenggaranya seperti apa yang ada di kali...>>> sampah, hitam dan bau.

wahyu tm mengatakan...

iya, bukannya gak mampu tapi gak mau